Selasa, 17 September 2013

Komentas Dr. Malik Badri Atas "Jerussalem in The Quran"


Jerusalem dalam al-Qur’an adalah buku yang sangat menegangkan dan menyenangkan saya dalam banyak hal. Saya terkejut setelah mengetahui bahwa sebuah buku yang ditulis dengan teliti harus menunggu waktu yang begitu lama hingga muncul ke dunia. Sekarang, sudah lebih dari setengah abad sejak Zionis memulai tindakan penindasan dan pembersihan etnis penduduk Palestina karena mereka tinggal di negara yang diakui oleh umat Yahudi adalah Tanah Suci yang dijanjikan untuk umat Yahudi.

Zionis terus saja mengandalkan ayat-ayat yang sudah bias dari Taurat dan materi Al-Kitab lainnya untuk membenarkan kekejamannya dan memotivasi umat Yahudi untuk membentuk Negara Israel dengan wilayah dari Sungai Nil sampai Eufrat dengan Jerusalem sebagai ibu kotanya. Contohnya, David Ben Gurion, Perdana Menteri Israel pertama pernah menyatakan, “Al-Kitab adalah perbuatan kami di Tanah Israel.” Di sisi lain, Sarjana-sarjana Muslim selama ini telah gagal menolak klaim Zionis dengan bukti sejarah otentik dan sumber religius dan juga telah gagal menyelesaikan tanggung jawab religius mereka mendokumentasikan dengan jelas tantangan tersebut berdasarkan Kitab Suci al-Qur’an dan Hadits Nabi (shollallahu ’alayhi wassalam) tercinta. Sejauh yang saya tahu, tulisan apapun, yang berkaitan dengan subjek ini hanyalah pemikiran dangkal dan dipengaruhi emosi atau hanya menyatakan fakta-fakta dengan cara yang baik. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan saudara Imran Hosein yang telah menulis dokumen ilmiah ini, yang sungguh akan mengisi kekosongan ruang intelektual dan religius. Buku ini dapat dijadikan sebagai referensi akademik bagi umat Muslim di seluruh dunia. Saat saya menulis kata pengantar ini, buku yang dipublikasikan tahun ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan Bosnia. Dalam waktu singkat, buku ini akan diterjemahkan dalam bahasa Eropa lain dan bahasa lain yang digunakan oleh umat Muslim di seluruh dunia.

Harus diinformasikan bahwa pentingnya penulisan buku tentang Tanah Suci dalam Al-Qur’an tidak lepas dari himbauan sarjana Muslim yang berpandangan jauh ke depan dan berpikiran kreatif seperti Dr. Kalim Siddiqui, pendiri dan presiden Muslim Institute for Research and Planning (Institut Muslim untuk Penelitian dan Perencanaan), dan Professor syahid Ismail al-Farouqi. Saya terkejut mengetahui pandangan sarjana terdahulu telah mendorong Imran Hosein untuk menulis buku ini sejak tahun 1974. Dia mendorongnya dengan menyatakan bahwa Jerusalem adalah kunci untuk memahami proses sejarah Timur Tengah dan dunia secara luas. Syekh Imran berhasil menyelesaikan tugas tersebut setelah 27 tahun. Meskipun tampak begitu lama, namun buku ini datang pada saat yang tepat ketika seluruh dunia dikejutkan dengan Jenin, dan apa yang terjadi di Sabra dan Shatila. Ismail al-Farouqi mengangkat isu ini dalam bukunya “Islam and the Problem of Israel” (Islam dan Masalah Israel). Dia menyatakan dengan tegas bahwa Israel memiliki bahaya yang lebih besar bagi Muslim daripada Perang Salib EuroKristen pada zaman pertengahan atau kolonialisme Eropa pada zaman modern. Dia menuliskan, “Israel bukanlah salah satu dari pihak-pihak tersebut akan tetapi Israel lebih dari keduanya, jauh lebih berbahaya.” Maka dari itu, dia mendesak dunia Arab dan umat Muslim agar tidak menerima Negara Yahudi tersebut sebagai bagian dari negara-negar di Asia dan Afrika. Dia juga mendorong ulama Muslim untuk menginvestigasi isu ini secara mendalam. Saya yakin jika kedua pemikir Muslim ini masih hidup, mereka akan mengakui buku ini sebagai hasil karya yang mereka harapkan.

Saya kagum dengan gaya penulisan Imran. Meskipun Jerusalem dalam AlQur’an yang ditulis dengan teliti adalah tesis kombinasi religius dan dokumen sejarah dengan peristiwa politik masa kini, juga mendalami penafsiran al-Qur’an dan Hadits, namun buku ini mengalir bagaikan cerita. Sekali Anda mulai membacanya akan sangat sulit berhenti. Ini adalah kualitas umum dari sebuah novel. Buku ini adalah referensi yang dibutuhkan agar disimpan dan dibaca ulang kapan pun subjek (tentang Jerusalem) tersebut diteliti. Saya percaya kepandaian berbahasa Syekh Imran adalah hasil dari bakat yang berinteraksi dengan kerja keras tanpa lelah sebagai penceramah dan da’i serta Rahmat Tuhan atas keikhlasannya.
Akhirnya, meskipun situasi tampak menekan umat Muslim pada umumnya dan rakyat Palestina pada khususnya, dengan membaca buku ini akan terasa gelombang optimisme yang hangat tentang masa depan kita: cahaya terang menyinari akhir dari lorong sejarah gelap yang panjang. Kita hidup pada Zaman Akhir. Ini adalah zaman saat nubuat Kitab Suci al-Qur’an dan Hadits menjadi kenyataan untuk membuktikan kepada manusia kebenaran dari iman kita. Tepat seperti yang Nabi (shollallahu alayhi wassalam) sabdakan, kita telah melihat para penggembala miskin dan bertelanjang kaki di Semenanjung Arab berlombalomba membangun gedung tertinggi. Dan kita telah menyaksikan umat Muslim meningkat pesat dalam jumlah, namun melemah dalam karakter dan terpuruk karena cintanya pada dunia dan takutnya pada kematian, dengan demikian membenarkan kesahihan Hadits. Dan tepat seperti yang Nabi (shollallahu’alayhi wassalam) sampaikan kepada kita, musuh kuat Islam sekarang memakan negara-negara kita seakan mereka adalah sekelompok orang kelaparan yang diajak memakan setumpuk makanan yang lezat. Dan seperti yang Allah Ta’ala sendiri sampaikan kepada kita melalui al-Qur’an, bahwa Bani Israel, yang berpencar ke berbagai penjuru dunia selama Diaspora, telah kembali ke Tanah Suci. Dan seperti yang terekam dalam al-Qur’an, mereka telah melakukan Fasad (kerusakan) dan menjadi begitu kuat dan bangga dengan arogansinya.

Melihat kejadian-kejadian tersebut seperti menonton film horor, kita sungguh akan melihat akhir yang bahagia seperti yang disampaikan dalam nubuat alQur’an dan Hadits Nabi kita. Umat Muslim akan terbangun dari tidurnya dan umat Yahudi akan menerima azab Tuhan yang dijanjikan. Negara Zionis akan dihancurkan dan apapun yang mereka bangun akan runtuh dan rata dengan tanah. Buku ini memuat penjelasan detail yang indah mengenai peristiwa tersebut dengan penafsiran brilian pada ayat-ayat Kitab Suci al-Qur’an dan as-Sunah. Meskipun sebagian dari kita mungkin berbeda pendapat dengannya dalam menafsirkan beberapa ayat al-Qur’an atau Hadits Nabi (shollallahu ‘alayhi wassalam) namun kita tetap harus menghargai kedalaman pemikiran dan kapasitas spiritualnya. Dengan demikian, saya sangat merekomendasikan buku ini kepada seluruh kalangan ulama dan kaum awam.

Malik Badri


Dekan,
International Institute of Islamic Thought and Civilization,
Institut Internasional Peradaban dan Pemikiran Islami,
Kuala Lumpur.
Malaysia