Kamis, 19 Agustus 2010

Hakikat Dien Al Islam



Oleh, Abu Sulaiman Aman Abdurrahman
(semoga Allah membebaskannya dari penjara thagut)

“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 112)
Dan Dia Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh…” (Q.S. Luqman [31]: 22)
Dan Dia Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“…Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus….” (Q.S. Al Baqarah [2]: 256)
Dan Dia Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja…” (Q.S. Al Mumtahanah [60]: 4)
Dan Dia Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Kamis, 12 Agustus 2010

Al-Jabiri, Antara Tajdid dan Taghrib

Dr. Nirwan Syafrin*

Salah satu pemikir Arab yang banyak dijadikan rujukan dalam pembaruan dalam Islam adalah Muhammad ‘Abid al-Jabiri. Pemikir asal Maroko ini baru saja meninggal 3 Mei 2010 lalu, pada usia 75 tahun. Di Indonesia, ide-idenya banyak dikaji. Sebagian kalangan – tanpa mengkaji dengan cermat – bahkan ada yang menelan mentah-mentah gagasan Jabiri tentang kategorisasi episteme, yaitu metode Bayani, ‘Irfani, dan Burhani.

Mulanya, Jabiri tidak ikut-ikutan mengkritik al-Quran, sebagaimana pemikir liberal lainnya. Tapi, pada 2006, terbit bukunya, Madkhal ila al-Qur’an al-Karim, yang mengisyaratkan ada yang “tercicir” dari al-Qur’an yang ada di tangan kaum Muslim sekarang ini.

Selasa, 10 Agustus 2010

HUKUM MEMBERONTAK KEPADA PARA PENGUASA

(Fashlu Al Kalaamu Fie Mas’alati Al Khuruuj ‘Alaa Al Hukkaami)
Penulis
‘Abdul Mun’im Mushthafa Halimah “Abu Basher”

Alih Bahasa
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman
 

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang


Segala puji hanya milik Allah, kami memujiNya, kami memohon pertolonganNya dan kami memohon ampunanNya, serta kami berlindung kepada Allah dari keburukan jiwa kami dan dari kejelekan-kejelekan amalan kami. Siapa yang Allah beri dia petunjuk maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan siapa yang Dia sesatkan maka tidak ada yang dapat memberi dia petunjuk.


Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, semoga sholawat dan salam dilimpahkan kepadanya, keluarganya, serta para sahabatnya. Wa ba’du:

Sesungguhnya masalah memberontak kepada para penguasa dan sikap Islam darinya, adalah tergolong sekian masalah yang penting yang manusia banyaknya terbagi menjadi dua madzhab dan dua kelompok.

Madzhab ifrath (berlebih-lebihan) dan ghuluw (melampaui batas) yang cenderung kepada pendapat bolehnya khuruj (keluar dari ketaatan/memberontak) terhadap para penguasa karena sekedar keterjatuhan mereka pada sedikit penyelisihan/penyimpangan syari’at. Dan sikap ini tercermin pada Khowarij dan orang yang masuk pada lingkaran mereka dari kalangan yang terpengaruh dengan mereka dan dengan manhaj mereka serta cenderung pada sikap ghuluw…!

Senin, 02 Agustus 2010

KISAH TENTANG KEINDAHAN AL-QUR’AN


Ibrahim Khidir

Sejak pertama kali diturunkan, Al-Qur’an sudah menjadi pembicaraan banyak cendikiawan dan sastrawan. Para penyair Arab bingung dengan kata-kata yang terlantun dari seorang ummiy (buta huruf) yang mengaku dirinya sebagai Nabi Akhir Zaman; Muhammad bin Abdullah ini.

Banyak sebab yang menjadi motif seseorang beriman kepada Al-Qur’an dan memilih masuk Islam. Diantara sebab tersebut banyak yang berkaitan langsung dengan Al-Qur’an. Motifnya pun bermacam-macam. Setidaknya ada tiga poin yang membuat seseorang menjadi beriman kepada Al-Qur’an. Pertama, Adanya kandungan syari’at yang lengkap dan sesuai dengan segala zaman. Kedua, Adanya kabar ghaib yang terbukti kebenarannya (menjadi kenyataan). Ketiga, Adanya dasar-dasar ilmu tentang penciptaan alam dan manusia.

Ketiga hal tersebut mungkin menyebabkan orang yang mengetahuinya akan beriman kepada Al-Qur’an. Namun, bagaimana dengan kala pertama Al-Qur’an diturunkan? Bukankan belum tergambar tentang kesempuraan syari’at? Bukankah kabar ghaib belum dapat dibuktikan? Dan bukankah hanya sedikit dari pengetahuan penciptaan (manusia) yang diungkapkan Al-Qur’an? Maka, harus ada hal lain yang membuat orang-orang kafir beriman ketika sejenak saja mendengarkan lantunan ayat Al-Qur’an. Harus ada motif yang mampu memberi kesan yang mendalam saat ‘pendengaran pertama’ yang membuat seseorang langsung jatuh cinta.